BAB I
DASAR PERTIMBANGAN, KEBIJAKAN, DAN KONSEP KEBERBAKATAN DAN KREATIVITAS
Permasalahan yang dirasakan dewasa ini sehubungan dengan pengembangan kualitas sumber daya menusia adalah kebijaksanaan di Indonesia sudah sangat mendukung pemberian perhatian khusus kepada peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa (GBHN 1993, UUSPN No. 2 tahun 1989), disebut juga anak berbakat, dan kebijaksanaan di prasekolahan sampai dengan di perguruan tinggi (GBHN 1993), namun dalam kenyataannya pelayanan pendidikan bagi anak berbakat belum diterapkan secara nasional. Demikian pula sistem pendidikan lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan kurang memberi perhatian kepada pengembangan bakat kreatip peserta didik. Konsep kreatifitas juga masih kurang dipahami, dan ini mempunyai dampak terhadap mengasuh anak didik. Padahal kebutuhan akan kreativitas tampak disemua bidang kegiatan manusia.
Adapun dasar pertimbangan untuk pengadaan pendidikan anak berbakat ialah, bertumpu pada hakekat pendidikan untuk mengusahakan lingkungan pendidikan yang memungkinkan bakat dan kemampuan seseorang berkembng secara maksimal. Di dalam potensi pendidikan,perkataan lain baik anak-anak yang kemampuanya jauh diatas rata- rata maupun anak yang berkemampuan unggul,perlu mendapat pengalaman pendidikan khusus sesuai dengan tarap kemampuannya. Jika tidak diberikan pengalaman pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan anak tersebut, mereka dapat mnjadi underachievar atau mempunyai konsep diri yang negatif. Dengan pengalaman pendidikan yang sesuai, mereka dapat memberi sumbangan yang luar biasa,bagi kemajuan dan pembangunan bangsa dan negara.
Kreatifitas dalam perkembangannya sangat terkait dengan empat aspek yaitu aspek pribadi, pendorong, proses, dan produk. Ditinjau dari aspek pribadi, kreatifitas muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya. Ditinjau dari sebagai proses, menurut Torrance (1988),
kreatifitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya. Proses kreatif meliputi beberapa tahap antara lain: persiapan, inkubasi, iluminasi, dan ferifikasi. Definisi mengenai produk kreatifitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan proses kreatifitas, ialah sesuatu yang baru, orisisnil, dan bermakna. Ditinjau dari aspek pendorong kreatifitas perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun dorongan eksternal dari lingkungan.
Konsep atau definisi keberbakatan saat ini dianut dibanyak negara, dan juga diadopsi di Indonesia dalam proyek pendidikan anak berbakat (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1982-1986) ialah definisi USOE dan definisi Renzulli. Manfaat dari definisi USOE ialah mengakui adanya enam bidang keberbakatan (bakat intelektual umum, bakat akademis khusus, bakat kreatif-produktif, bakat dalam salah satu bidang seni, bakat dalam bidang psikososial atau bakat memimpin, dan bidang psikomotor). Definisi ini juga membedakan antara bakat sebagai potensi dan bakat yang sudah tampak dari potensi, tetapi keduanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Menurut Thee Ring Conception dari Renzulli dan kawan- kawan, keberbakatan merupakan keterpautan antara kemampuan umum diatas rata-rata, dan pengikatan diri terhadap tugas (task commitment) atau motifasi internal. Definisi ini memberi arah untuk metode identifikasi keberbakatan, dan untuk praktek pendidikan khusus anak berbakat
BAB II
PENDEKATAN EMPAT P DALAM PENGEMBANGAN KREATIFITAS
Kebutuhan sosial akan kreatifitas dirasakan dimana-mana, dan tampak dalam sistem pendididkan, pengguna waktu luang, pengembangan ilmu pengetahuan, pemimpin perusahaan, dan dalam kehidupan keluarga.
Makna dari pengembangan kreatifitas berkaitan dengan kualitas perwujudan diri.
Teori tentang pembentukan pribadi kreatif yang dibahas dalam bab ini meliputi dua aliran yang paling berpengaruh yaitu; teori psikonalisa, antara lain dari freud, kris, dan Jung, dan teori Humanistik dari maslow dan Rogers.
Teori psikoanalisa menekankan peran alam pikiran tidak sadar dalam timbulnya kreativitas, sedangkan teori Humanistik lebih melihat kreatifitas sebagai sesuatu yang dilakukan secara sadar dan intensional.
Penelitian di Indonesia yang dilakukan pada tahun 1977 (Utami Munandar) menggunakan Chcklist dan Torranct, Menunjukan bahwa tidak kesamaan antara pendapat kelompok psikolog mengenai ciri-ciri pribadi kreatif, pendapat guru tentang ciri-ciri murni yang idial. Implikasi penelitian ini terhadap perkembangan kreatififitas dalam sistem pendidikan dapat diduga.
Teori tentang pendorong kreratifitas mengetengahkan teori Rogers tentang kondisi internal dan kondisi eksternal yang mendorong perwujudan prilaku kreatif.
Teori tentang proses kreatif bertumpu pada teori Wallas tentang tahap-tahap proses kreatif (yaitu persiapan, inkubasi, ilmunisasi dan verifikasi), dan teori tentang belahan otak kiri dan kanan. Beberapa peneliti menunjukan bahwa terutama belahan otak kanan yang berkaitan dengan fungsi-fungsi kreatif.
Teori tentang produk kreatif memaparkan produk Besemer dan Treffinger (1981) bahwa produk kreatif dapat digolongkan menjadi tiga katagori. Yaitu berdasarkan kriteria kebaruan, dan kerincian suatu sintesis. Manfaat dari penentuan kriteria penelitian produk kreatif, ialah bahwa diketahui kekuatan dan kelemahan dari suatu produk. Namun suatu produk tidak perlu memenuhi semua kriteria.
Penelitian tentang kreatif di Indonesia telah dilaksanakan penulis pada tahun 1977yang menghasilkan suatu sistem penilaian kreatifitas siswa dalam mengarang. Kriteria penilaian kreatip berkaitan dengan aspek-aspek berfikir kreatif, yaitu kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan kerincian (elaborasi).
Terakhir di kemukakan pendekatan empat P dapat dijadikan strategi untuk mengembangkan kreatifitas siswa, dan untuk melakukan penelitian dalam bidang kreatifitas.
Tabel 2.1
Mekanisme Pertahanan
| No | Mekanisme Pertahanan | Definisi |
| 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. | Represi Kompensasi Sublimasi rasionalisme Identifikasi Introjeksi regresi Projeksi Pembentukan reaksi Pemindahan | Secara tidak sadar melupakan pengalaman untuk diingat. Berusaha mengimbangi ketidakmampuan yang diamati secara tidak sadar dengan menonjolkan hal lain Jika tidak mampu memenuhui dorongan sexs, mengimbangi dengan kreatifitas dalam bidang seni (misalnya menjadi pemain biola yang ulung) Menjadi percaca bahwa suatu kondisi yang bertentangan dengan apa yang diinginkan sesungguhnya adalah memang hal yang diinginkan (misalnya karen tidak mendapat undangan untuk melihat pertandingan sepak bola mengatakan bahwa sebetulya ia tidak tertarik untuk pergi). Ingin menjadi seseorang dengan menerima standar dan nilainya menjadi standar dari nilai iri sendiri. Menerima standar dan nilai seeorang karena takut untuk tidak sependapat dengan dia. Kembali keprilaku yang sebenarnya berhasil jika prilaku saat itu tidak berhasil (misalnya menangis ketika mendapat nilai rendah, dengan harapan guru akan merubah nilainya). Menggaggap seseorang memiliki perasaan yang sebetulnya merupakan perasaan anda tentang dia. Menganggap memiliki perasaan terhadap seseorang yang sebaliknya dari perasaan anda sesungguhnya terhadap dia. Jika takut mengungkapkan perasaan anda terhadap seseorang, perasaan itu diungkapkan seseorang yang kurang kuasa (misalnya karena takut menyatakan kemarahan anda pada atasan, anda marah-marah pada anak. Mempunyai dua kepercayaan yang saling bertentangan pada saat yang sama (misalnya meskipun Dodi sebetulnya bodoh tetapi Dodi pintar berhitung) |
Tabel 2.2
Hierarki Kebutuhan menurut Maslow
| No | Jenis Kebutuhan | Tingkat Kebutuhan |
| 1. 2. 3. 4. 5. 6. | Kebutuhan fali yang diperlukan untuk mempertahankan hidup seprti zat asam, air, makanan, minumn, dan udara. Kebutuhan Keamanan.Kita perlu merasa bebas dari ancaman hidup kita seperti kebutuhan akan keakraban, ketentraman, dan mempunyai rumah tempat tinggal Kebutuhan akan belonhing dan cinta. Semua orang ingin merasakan bahwa mereka tergolong pada sesuatu dan bahw paling tidak satu orang mencintai Kebutuhan akan penghargaan dan harga diri. Kita perlu merasa bahwa kita berharga dan mampu. masyarakat menghargai sumbangan kita terhadapnya Kebutuhan aktualisasi/perwujudan diri. Kebutuhan akan pengembangan dn perwujudan potensi kita sepenuhnya, termsuk imajinsi dan kreativitas. Kebutuhan estetik. untuk memberi sumbangan bermakna untuk kemanusiaan. Hasrat dalam memahami dunia sekeliling kita dan tujuan hidup. Kebutuhan ini berada pda tingkat sangat tinggi dan hanya sedikit orang mengalaminya (misalnya Albert Einstein) | Deficiency Rendah Deficiency Deficiency Deficiency Being Tinggi Being |
Sumber diadaptasi dari Maslow, 1962.
Tabel 2.3
Dikotomi Mental
| No | Belaha Otak Kiri | Belahan Otak kanan |
| 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. 13. 14. 15. 16. | Intelek Konvergen Intelektual Rasional Verbal Horisontal Konkret Realistik Diarahkan Diferensial Sekuensial Historikal Analiti Seksplisit Objektif Sukesif | Intuisi Divergen Emosionl Metaforik,Intuitif Non ferbal Vertikal Abstrak Implusif Bebes Eksistensial Multipel Tanpa batas waktu Sintetis, Holistik Implisit Subyektif Simultan |
Sumber: Sprinter dan deutsch, 1981
BAB III
IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN KREATIFITAS
Dasar pertimbangan untuk mengukur bakat kreatif anak, terutama menampilkan lima alasan (Deacey, 1989) yaitu untuk tujuan pengayaan, remidial, bimbingan kejuruan, evaluasi pendidikan, dan untuk mengkaji kreatifitas berbagai tahap kehidupan. Davis (1992) melihat tiga kegunaan utama untuk tes kreatifitas, yaitu untuk tujuan identifikasi bakat kreatif, penelitian, serta untuk bimbingan konseling.
Kita harus membedakan antara pengertian”Precocius” yang berarti lebih cepat matang, tetpi belum tentu mewujudkan karya yang unggul, dari pengertian “prodiguous” yang berarti menghasilkan sesuatu yang luar biasa dan langka, produktifitas yang orisinal.
Kreativitas dapat diukur secara langsung dan tidak langsung dan dapat menggunakan tes dan non tes. Ada Pula alat untuk mengukur ciri-ciri kepribadian kreatif, dan dapat dilakukan pengamatn langsung terhadap kinerja kreatif.
Sesuai dengan definisi USOE yang membedakan enm jenis bakat, dikembangkan alat identifikasi untuk masig-masing bidang tersebut.
Untuk mengukur kemampuan intelektual umum, tes indifidudl lebih tepat, tetepi lebih banyak memakan waktu dan biaya. Yang sudah digunakan di Indonesia ialah tes Stanford-Binet dan Wechsler Intteligence scale for Children. Tes intelegensi kelompok lebih efisien dalam ukuran waktu dan biaya, keterbatasanya ialah kita tidak tahu apakah prestasi anak sudah optimal. Di Indonesia yang sudah banyak digunakan ialah tes Progressive matrices, Culture-fair Intellegence Test, dan tes inteigensi Kolektif Indonesia, yang berakhir khusus dikonstruksi untuk Indonesia.
Tes Potensi Akademik (TPA) yang khusus dirancang Indonesia, dapat digunakan untuk menemukenali bakat akademik,misalnya sejauh mana seseorang mampu untuk mengikuti pendidikan tersier.
Tes untuk mengukur bakat kepemimpinan belum banyak digunakan di Indonesia, demikian pula tes untuk menemukenlibakat dlam salah satu bidang seni, atau bakat psikomotorik.
Tes luar negeri yang mengukur kreatifitas ialah tes dari Guilford yang mengukur kemampuan devergen, dengan membedakan aspek kelancaran, kelenturan, orisinalitas dan kerincian dalam berfikir.
Tes Torrace untuk mengukur berpikir kreatif (Torrance Test of Creative Thinking) dapt digunakan mulai usia prasekolah sampai tamt sekolah menengah, mempunyai bentuk verbal dan Figural. Tes ini sudah digunakan di Indonesia untuk tujuan penelitian. Tes lainnya ialah Tes berfikir Kreatif-Produk Menggambar (T Rest for Creative Thinking-drawing Produktion) dari Jellen dan Urban (1985). Penelitianya menyangkut sembilan dimensi. TCP-DP baru pada taraf uji coba di Indonesia . Bahwa siswa Indonesia mencapai peringkt terendah dalam scor kreatif TCP-DP menimbulkan pertanyaan sejauh mana linkungan pendidikan di Indonesia memupuk perkembangan kreatifitas anak.Inventori Khatena Torrance mengenai persepsi kreatif terdiri dari dua lat ukur, yaitu “ What Kind of Person Are Yau”? dan Something Abaut Myself”.
Tes yang khusus dikonstruksi untuk Indonesia ialah Tes Kreatifitas Verbal (Utami Munandar,1977)Tes ini disusun bersarkan model struktur Intelek dar Guilford, dengan dimensi opera berfikir divergen, dimensi konten, dimensi berfikir verbal, dan berbeda dalam dimensi produk. Untuk setiap katagori produk ada satu sub tes. Ada enam sb-tes yaitu permulaan kata, penyusun kta membentuk kalimat tiga kata, sifat-sifat yang sama, macam-macam penggunaan dan apa akibatnya. Setiap sub-tes terdiri empat butir. Tes ini seperti tes Guilford mengukur kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi dalam berfikir. Tahun 1986 dilakukan penelitian pembakuan TKV yang menghasilkan nilai baku untuk umur 10-18 tahun, dan pengukuran “Creativity Quotient”.
Tes Kreatifitas Figural diadaptasi dari Torrance “Circles test”, dan dibukukan untuk umur 10-18 tahun oleh Fakultas Psilologi Unifersitas Indonesia, Bagian Psikologi Pendidikn.TKF kecuali mengukur aspek kreatifitas tersebut dimuka, juga mengukur kreatifitas sebagai kemampuan untuk kombinasi antara unsur-unsur yang diberikan. (Bonus orisinalitas)
Skala sikp kreatif yang juga khusus disusun untuk Indonesia (Utami Munandar, 1977) mengukur dimensi efektif dan kreatifitas, yaitu sikap kreatif, yang di oprasikan dalam tujuh dimensi. Skala ini disusun untuk siswa SD dan SMP.
Skala Penelitian Anak Berbakat oleh guru disusun oleh Renzulli dan terdiri atas empat sub-skal, yaitu mengukur fungsi kognitif (belajar) motifasi, kreatifitas, dan kepemimpinan. Sub-skal untuk Kreatifitas terdiri dari 10 butir untuk dinilai guru.
Karena guru mengalami kesulitan menggunakan alat dri Renzulli maka disusun alat sederhana untuk identifikasi kreatifitas (Departemen pendidikan dan Kebudayaan, 1982), dengan format untuk sekolah dasar dan format untuk sekolah menengah.
Skala Nominasi keberbakatan yang dapat digunakan oleh guru, tema sebaya, dan diri sendiri dikembangkan oleh Lydia freyani Akbar (1993) untuk siswa sekolah dasar. Ketiga skala tersebut ternyata mempunyai hubungan yang bermakna dengan perubah keberbakatan.
BAB IV
PERANAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN BAKAT DAN
KREATIFITAS ANAK
Dalam modelnya tentang Persimpangan Kreatifitas, Amabile sangat menekankan bahwa keberhasilan dalam perwujudan kreatifitas dtentukan oleh tiga faktor yang saling berkait, dan titik pertemuan antara ketiga faktor inilah yang menentukan keunggulan kreatif, yaitu pertama ketrampilan dalam bidang tertentu, ketrampilan berfikir dan bekerja kreatif, dan motifasi inrtinstik. Ia mencontohkan ciri-ciri motivasi intrinstik dan motivasi ekstrinsik.
Penelitian Dacey (1989) membandingkan karakteristik keluarga yang anak remajanya sangat kreatif, dengan keluarga yang anak remajanya biasa saja. Hasil penelitian ini menunjukan peran besar dari lingkungan keluarga, dalm keluarga dengan remaja kreatif, tidak banyak diberlakukan aturan dalm keluarga dibanding dengan keluarga yang biasa. Keluarga kreatif lebih sering pindah rumah, dan penataan rumahpun berbeda dari rumah pada umumnya.Orang tua dan anak dari keluarga kreatip sama-sama berpendapat bahwa peranan sekolah tidak penting dalam perkembangan kreatif anak. Tetapi remaja kreatif anak lebih cenderung bekerja lebih keras dari temen sekolah mereka. Agaknya peranan belahan otak kanan (yang diamsumsikan dengan fungsi-fungsi kreatif) lebih kuat dari pada remaja yang kreatif. Ternyata jumlah koleksi lebih tinggi pada remaja yang kreatif, dengan koleksi yang tidak lajim
Beberapa penelitian di Indonesia mengenai hubungan antara latar belakng kelurga, tingkat pendidikan orang tua, nilai-nilai yang dipentingkan orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak, baik dalam jenjang pendidikan dasar (Utami Munandar, 1977) maupun pada jenjang pendidikan menegah dan tinggi (Dedi supriadi,1994) pada umumnya memperkuat teori dari hasil penelitian di luar negeri mengenai faktor-faktor penentu dalam memupuk dan meningkatkan bakat dan kinerja kreatif siswa.
Dari contoh khusus yang ditampilkan dalam bab ini, nyata bagaimana cara pengasuhan ibu yang bersifat mengembangkan kreatifitas anaknya. Ciri-ciri sikap orang tua yang mengembangkan kreatifitas anak ialah, memberi lebih banyak kebebasan anak, menghormati keunikan anak, mempunyai hubungan emosionl yang tidak menyebabkan ketergantungan, orang tua lebih menghargai prestasi anak dibandingkn dengan angka semata-mata, menjadi model bagi anak. Sedangkan kasus kedua lebih menampilkan orang tua yang anak bakatnya dalam keadaan kurang menguntungkan karena kondisi sosial-ekonomis orang tuanya. Karena kurang pemahaman orang tua seperti sering terjadi di Indonesia, mereke lebih mementungkan perkembangan skolstik dan daya ingat dari pada imajinasi dan kreatif anak.
Penting pula peranan kelompok orang tua anak berbkt sebagai pendukung program anak berbakat di sekolah, misalnya dalam mencari mentor, membantu pelaksanaan program anak berbakat, dan dapat membantu mengajar bila memiliki keahlian tertentu.
BAB V
PERANAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN KREATIF ANAK
Karakteristik guru anak berbakat dapat digolongkan menjadi karakteristik Filosofis, profesional, dan pribadi. Karakteristik filosofis penting karena pandangan guru mengenai pendidikan ikut menentukan pendekatan mereka terhadap siswa di kelas. Guru anak berbakat perlu mencerminkan sikp koopratif dan demokratis, serta mempunyai kopetensi dan minat terhadap proses pembelajaran. Karakteristik profesional meliputi strategi untuk mengoptimalkan belajar siswa berbakat, ketrampilan bimbingan dan penyuluhan, pengetahuan dan pemahaman psikologis siswa berbakat. Karakteristik pribadi meliputi empati, toleransi terhadap ketaksaan (ambiguity), kesejatian, aktualisasi diri, dan antusiasme (semangat). Persiapan guru anak berbakat dapi melaui program bergelar atau program pelatihan dalam jbtan. Pelatihan dalam jabatan adalah peltihan jangka pendek. Saran Gallagher dan renzulli berguna untuk merencankan pelatihan efektif bagi guru. Kita perlu membedakan peranan mentor pribadi yang dipilih anak danmentor nara sumber yang dipilih oleh sekolah. Orang tua dapat membantu menyelenggarakn program anak berbakt disekolah, misalnya ikut merancang kegiatan belajar, mencari nara sumber, merencanakan karya wisata. Peranan psikolog dan konselor dibahas dan penekanan pda kebutuhan akan interaksi yang terus menerus dan dialogis untuk memberi nasehat, dukungan, dan bantuan dalam, membantu pengembangan sepenuhnya dari anak berbakat.
Sejauh mana guru dapat mengajar, ditinjau dari model Amabile, kreatifitas merupakan titik atau daerah pertemun antara tiga komponen. Dari tiga komponen ini, ketrampilan bidang dapat dilatih oleh guru, demikian pula ketrampiln berpikir dan bekerja kreatif, nmun motifasi instrinsik tidak dpat diajrkan secara langsung, tetepi dapat tumbuh dalam iklim kelas yang menunjang kreatifitas.
Sikap guru dalam pembelajaran yang meningktkan motivsi internal dan prestasi belajar siswa, ialah jika memberi instruksi tanpa mengawasi tetapi mengarahkan, dibndingkn dengan pemberian instruksi tanpa pengarahan atau pemberian intruksi yang mengwasi dan mengarahkan, yang terakhir sangat membtasi otonomi anak. Anak akan kreatif jika guru mendorong otonomi anak.
Kelas terbuka dengan struktur yang tidak kaku dan memberikan perhtian indifidual, lebih memupuk pengembangan kreatifitas anak di banding dengan kelas tradisional. Ruang kelas memberi banyak rangsangan visual yang menrik. Adanya pusat sins, pusat membaca, atau pusat aktivitas lain memungkinkan anak bereksperimen dan menjajagi berbagai bidang.
Strategi mengajar yang meningkatkan kreatifitas, memperhatikan:
a) pemberian penilaian tidak hanya guru tetapi melibatkan siswa,
b) pemberian hadiah sebiknya yang intangible, dan yang berkaitan dengan kegiatan yang sedang dilakukan, serta
c) memberikn kesempatn kepada anak untuk memilih topik atao kegiatan belajar sampai batas tertentu (setelah yang minimal dipersyaratkan tercapai)
BAB VI
PERANAN MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN KREATIFITAS
Kebudayaan Creativogenik menurut Arieti (1976) mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. tersedianya sarana prasarana kebudyaan,
b. keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan
c. penekanan pada becoming, tidak hanya pada being
d. kesempatan bebas pada media kebudayaan
e. kebebesan dengan pengalaman tekanan dan rintangan sebagai tantangan
f. menghargai dan dapat mengintegrasi rangsngan dari kebudayaan yang berbeda
g. toleransi dan minat terhadap pandangan yang yang difergen
h. interaksi antara pribadi-pribadi yang berarti
i. adanya insentif, penghargaan ataupun hadiah
Kesembilan faktor tersebut merupakan faktor penunjang, tetapi yang
paling menentukan adalah unsur-unsur intrapsikis individu, seperti rasa aman dan bebas secara psikologis.
Tujuh perubah mempengaruhiperkembangan kreatifitas individu menurut Simonton (1978) ialah pendidikan formal, adanya model peran, Zeitgeist, fragmentasi polityis, kedaan perang, gangguan sipil, dan ketidakstabilan politis. Ia menyarankan pengurangan komitmen yang berlebih terhadap aspek formal dalam pendidikandan lebih menekankan pada tersedianya model peran yang unggul.
Simontotn menekankan dampak penting dari kondisi budaya untuk pengembangan kreativitas. Arieti melihat sintesis yang magic dalam hubungan dinamis dan pertukaran kreatif antara individu dan masyarakat, yang menghasilkan penemuan dan keunggulan.
yang perlu dilakukan adalah menemukan penerapan spesifik dari sumber sosial kultural yang memupuk perkembangan kreatif dalam lingkungan pendidikan. Agar melalui magic synthesis anak berbakat kita dapat menjadi pribadi yang kreatif.
Pendapat dan gagasan beberapa pakar Indonesia mengenai kaitan dan peranan faktor-faktor sosial budaya dengan pengembangan kreativitas anggota masyarakat menunjukan kesamaan dengan temoan fakar peneliti diluar negri sehubungan dengan kondisi sosial budaya yang menunjang atau menghambat kreativitas bangsa. Faktor penentu antara lain, adanya interaksi antara dua gerak psikologis, yaitu pengenndalian konservatif dan tantangan menghadapi pembahruan, perkembangan teknologi tingakat tinggi yang digunakan secara efektif, keterbukaan terhadap rangsangan budaya, adanya kebebasan kreatif dan komunikatif, dan keterpaduan budaya Indonesia yang baru dengan kebudayaan dunia yang sedang tumbuh.
Peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan pelayanan pendidikan anak berbekat dapat terwujud melalui berbegai bentuk kerja sama.
Program luar sekolah dapat membantu memenuhi kebutuhan kognitif (mengembangkan ketrampilan berfikir), afektif ( berkomunikasi dengan teman sebaya atau orang dewasa yang kreatif), dan generatif (menemukan cara-cara baru untuk memecahkan masalah) siswa berbakat.
Akhir-akhir ini makin tampak peran serta masyarakat untuk memupuk bakat dan talenta siswa berbakat dalam berbagai bidang dengan menyelenggarakan kursus, pelatihan sanggar, dan sebagainya. Namun masih perlu lebih digalakan ialah kerja sama tiga lingkungan pendidikan (sekolah, keluarga, dan msyarakat) dalam pengadaan berbagai alternatif program pendidikan anak berbakat.
BAB VII
KURIKULUM BERDIFERENSIASI UNTUK SISWA BERBAKAT
Kurikulum 1994 menunjang pendifersiasi kurikulum untuk siswa berbakat melalui pilihan metodedan cara pembelajaran yang dapat ditentukan sendiri oleh guru/sekolah dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Mata pelajaran muatan lokal memberi beluang untuk mengembangkan kemampuan siswa yang dianggap perlu oleh daerah. Kegiatan ekstar kulikuler dan pembelajaran tambahan dapat dimanfaatkan untuk program pengayaan bagi anak berbakat.
Kurikulum berdiferensiasi bertujuan memberi pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan intelektual murid. Makna dari kurikulum berdiferensiasi bagi siswa berbakat ialah menumbuhkan rasa keberhasilan, kepuasan dan tantangan, membuat siswa aktif dan tidak merasa bosan disekolah, dan dengan demikian menghindari underachievement dan atau putus sekolah.
Kemampuan dan kebutuhan yang beragam dari siswa memerlukan kurikulum yang berdiferensiasi. Bagi siswa berbakat, paling tidak empat faktor yang perlu dimodifikasi (Maker, 1992) agar mereka memperoleh pembelajaran yang sesuai. Keempat bidang ini ialah lingkungan belajar, konten pembelajaran, proses atau metode pembelajaran, proses belajar siswa. Dengn demikian, siswa berbakat menjadi siswa yang dalam lingkungan yang memupuk perkembangan ketrampilan dan kemampuan baru.
Sains dan matematika amat penting dalam pendidikan siswa saat ini dan memerlukan pengembangan terus menerus. Patut dipertimbangkan bahwa keberbakatan intelektual tidak selalu sama dengan bakat akademik khusus dalam sains dan matematika. Menemukenali dan memenuhi kebutuhan siswa berbakat dalam sains dan matematika penting untuk kesejateraan masyarakat dan individu.Bahasa tidak hanya merupakan alat sosialisasi, tetapi juga sebagai dasar perkembangan kecerdasan. Pembelajaran bahasa dipendidikan dasar menengah menekankan pengembangn ketrampilan pengarahan diri, ketrampilan kreatif produktif,abstraksi dan pemikiran tingkat tinggi, serta penggunaan isu dan tema yang luas dalam prestasi bahan atau materi.
Dalam pembelajran IPS untuk siswa berbakat, penekanannya adalah memberikan sumbangan orisinil terhadap masyarakat dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Salah satu peranan penting dari guru IPS ialah menghindari mendominasi sikap, gagasan, dan pendaoat siswa. Guru hendaknya mendorong diskusi terbuka, dari bahan dan masalah yang sensitifdan kontrofersial. Pembelajaran IPS untuk siswa yang berbakat seharusnya menggunakan tema yang luas, seperti memahami dan mengakui saling ketergantungan global.
BABVIII
MODEL BELAJAR MENGAJAR KREATIF
Banyak model belajar mengajar yang dapat digunakan dan bermanfaat bagi siswa pada umumnya dan khususnya bagi siswa berbakat didalam kelas biasa atau kelas khusus. Dalam bab ini telah dikemukakan delapan model yang dapat memberi sumbangan bermakna bagi pendidikan siswa berbakt, khususnya yang berkenaan dengan perkembangan kretifitas. Setiap model mempunyai kekuatan dan kelemahan yang berbeda-beda. Untuk kuri kulum yang kompwerhensip, model-model dapat digabungatau dipilih untuk digunakan dalam tujuan tertentu. Pembelajaran akan paling berhasil jika kita mengetahui model mana (atau bagian dari odel) yang penting untuk digunakan.
Khususnya untuk pengembanga kreatifitas anak berbakat, setiap model mempunyai kelebihan dan keunikan:
Taksonomo Bloom tentang Sasaran Pendidikan Ranah Kognitif memungkinkan peningkatan berfikir kreatif melalui proses sintesis.
Pada model struktural intelek dari Guilford, melalui katagori berfikir difergen, aspek aspek seperti kelancaran, oriinalitas, dan elaborasi dlam berfikir dapat dipilih.
Pada model Talenta Berganda dari Taylor terutama terutama bidang kreatif produktif dapat mengembangkan ketrampilan berfikir kreatif.
Model Treffinger untuk mmendorong belajar kreatif mengajukan tiga tingkat, mulai dari relatif sederhana (tingkat satu yang memeperkenalkan tekni-teknik kreatif dasar) sampai yang majemuk (tingkat 3 dimana siswa bekerja dengan asalah nyata) untuk belajar kreatifitas.
Model Enrichment Triad dari Renzulli memberi kesempatan pengalaman pengayaan, dan khususnya tingkat 3 (menyelidiki masalah nyata) merupakan tantangan bagi siswa berbakat,namun ketiga tipe pengayaan ini dapat memupuk kreatifitas.
Model Williams tentang Prilaku Kognitif-Afektif didalam kelas mengingatkan kita bahwa prilaku kreatif tidak hanya nmenuntut kemampuan berfikir kreatif, tetapi juga ciri-ciri afektif dari kreatif, keduanya perlu ditumbuhan didalam kelas.
Demikian pula Taksonomi Sasaran Pendidikna Afektif dan Krathwohl menekankanpentingnya pengembangan sistem nilai pada semua siswa dan khususnya siswa berbakat, yang mendasari prilaku mereka secara konsisten. Hal ini penting untuk membantu meraka mewujudkan kreatifitas yang konstruktif dan tidak yang destruktif.
Akhirnya, Model Integratif dari Clark mengajukan konsep yang terpadu tentang kreatifitas, yang memerlukan perpaduan antar fungsi berfikir,perasaan, pengindraan, dan firasat/intuisi.
Matrik berikut memberikan gambaran tentang fokus setiap model dalam ranah kognitif atau afektif atau keduanya, dan terutama bagian mana dari model yang tertuju pada pengembangan kreatifitas.
| Taksonomi | Ranah | Kreatifitas | |
| Blom Guilford Taylor Treffinger Renzzuli Williams Krathwohl Clark | Kognitif Kognitif Kognitif Kognitif afektif Kognitif afektif Kognitif afektif Afektif Kognitif afektif | Sintesis Berfikir difergen Bidang kreatif produktif Ketiga tingkat pengembangan kreatif Tiga tpe pengayaan Dimensi strategi mengajar guru dan dimensi prilaku siswa Ciri afektif dari kreatif Perpaduan antara pemikiran, perasaan, pengindraan, dan firasat | |
BAB IX
TEKNIK DAN PEMECAHAN MASALAH SECARA KREATIF
Teknik-teknik kreatif yang dibahas dalam bab ini digolongkan menurut tiga tingkatan dari Treffinger.Pada tingkat 1 diperkenalkan teknik sumbng sarandan teknik daftar periksa atau pertanyaan yang memacu gagasan. Namun sebelum menggunakan teknik kreatif didalam kelas, perlu diciptakan suasana atau i8klim yang kondusif untuk pemikirandan sikap kreatif, yaitu dengan melakukan pemanasan,mengajukan pertanyaan yang memkesempatan timbulnya berbagai macam jawaban atau pendorong siswa mengajukan pertanyaan sendiri terhadap masalah.
Teknik-teknik tingkat1 dimaksudkan untuk merangsang berfikir divergen, menumbuhkan rasa ingin tahu, dan keterbukaan terhafdap gagasan baru serta kepekaan terhadap masalah.
Teknik sumbang saran mempersaratkan empat aturan dasar, yaitukebebasan dalam memberikan gagasan,penekanan pada kuantitas, dan kombinasi atau pengambangan gagasan. Teknik dsftsr periksa memberikan sejumlah kata kerja manipulati untuk memudahkan pemberian gagsan, yaitu penggunaan lain, penyesuaian, modifikasi, memperbesar, memperkecil,mengganti, menyusunkembali, membalik, dan menggabung.
Tekni-teknik tinkat II melatih proses-proses pemikiran yang lebih majemuk, seperti yang dituntut pada teknik synectics dan teknik futuristic.
Pada teknik Sinectics yang melatih siswa untuk berfikir berdasarkan analogi dalam pemecahan masalah, siswa diperkenalkan dalam penggunaan analogi fantasi, analogi langsung, dan anologi pribadi. Teknik Futurictics membantu siswa untuk mengantisipasi dan menciptakan masa depannya, ntara lain dengan menggambarkan garis waktu masa lalu, masa kini, dan masa depan. Ketrampiln khusus yang dapat digunakan teknik Futurictics ialah menulis sekenario, menggambar roda masa depan, dan trending yang menggunakan pertanyaan untuk mengidentivikasi kecendrungan yang ada dan yang timbul.
Teknik tingkat III mengadapkan siswa pada tantangan dan masalah nyata. Pendekatan pertana ialah pemecahan masalah secara kreatif/PMK yang meliputi lima tahap, didahului oleh pemikiran dan perasaan kacau ketika masalahnya masih samar, yang kemudian diikuti oleh tahap penemuan fakta, penemuan masalah, penemuan gagasan, penemuan solusi, dan penemuan penerimaan atau tahap implementasi. Padasetiap tahap ada selang seling antara berfikir divergen /memberi banyak gagasan dan berfikir konvergen/memilih gagsan terbaik. Pendekatan kedua dikemukakan oleh Shallcross sebagai suatu pemecahan masalah yang pada dasarnya tidak berbeda dari PMK, hanya tahap masalah dijadikan satui tahap yaiti tahap orientasi untuk menentukan masalah dan tujuan.
Teknik PMK sejak tahun 1980 ditetapkan sebagai loka karya pemecahan masalah serta kreatif untuk berbagai kelompok, baik orang dewasa maupun anak-anak.
| Mapel | Teknik | Sumbang Saran | Daftar Periksa | Synectics | Futuristik | PMK |
| Bahasa | | | | | | |
| Mat. | | | | | | |
| IPA | | | | | | |
| IPS | | | | | | |
| Kesenian | | | | | | |
| Prakarya | | | | | | |
| Orkes | | | | | | |
| Agama | | | | | | |
Gambar 9.4
Matrik pelajaran dan Teknik Kreatif
Adaptasi : D>J Shallcross Teaching Creative Behavior (Buffalo, New York, Bearly, 1985)
| Mapel | Orentasi | Persiapan | Penggagasan | Penilaian | Pelaksana |
| Bahasa | | | | | |
| Mat. | | | | | |
| IPA | | | | | |
| IPS | | | | | |
| Kesenian | | | | | |
| Prakarya | | | | | |
| Orkes | | | | | |
| Agama | | | | | |
Gambar 9.5Matriks Mata Pelajaran Tahap Proses Kreatif :
- Orentasi (Perumusan masalah)
- Persiapan (Mengumpulkan fakta)
- Penggagasan
- Penilaian (Evaluasi)
- Pelaksanaan (Implementasi)Adaptasi :
D>J Shallcross Teacing Creative Behavior (Buffalo, New York: Bearly Limited, 1985).
BAB X
KENDALA DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS
Sumber kendala ditinjau dari aspek historis, biologis, fisiologis, sosiologis, psikologis, dan diri sendiri.
Sejarah umat manusaia mengenal kurun waktu yang kondusif dan yang tidak kondusif untuk mengembangkan kreativitas, baik dibudaya barat maupun dibudaya timur, termasuk di Indonesia.
Sampai derajat tertentu kemampuan kreatif merupakan pembawaan atau heriditas, tetapi faktor lingkungan juga amat berperan sebagai determinan pengembangan kreativitas seseorang.
Penyakit, kecelakaan, dan ketunaan dapat merusak atau menghambat fungsi otak, termasuk potensi kreatif, dilain pihak ada orang-orang yang walaupun menyandang ccat fisik, masih dapat menujukan bakat kreatif mereka.
Lingkungan sosial/masyarakat dengan nilai, norma, dan tradisi yang tidak dapat menerima penyimpangan dari pola prilaku kelompok termasuk gagasan inofatif dapat menjadi kendala pengembangan kreatifitas anggota masyarakat.
Kendala psikologis terhadap prilaku kreatif merupakan kendala utama yang perlu mendapat perhatian pendidik,khususnya faktor-faktor internal sepertitidak dapat melepaskan diri dari kebiasaan, kecendrungan untuk selalu membatasu bidang masalahnya, ketidakmapuan untuk melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang, melihat apa yang diharapkan akan dilihat,terpaksa pada yang konvensional.
Empat cara yang menurut hasil penlitian dapat menghambt kreatif siswa ialah cara pemberian evaluasi dan hadiah yang tidak tepat,penekanan pada kopetisi atau persaingan dan lingkungan yang membatasi,tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk memilih.
Dalam proses sosialisasi perlu ada keseimbangan antara tuntutan normatif dan penerapan cara-cara yang kondusif untuk pengembangan kreatifitas. Masalah yang sering muncul adalah apakah anak diberi pembatasan dalam prilaku, tetapi bagaimana hl itu dikomunikasikan. Kurang memperhatikan cara pemberian evaluasi,hadiah, penerapan kompetisi, dan pembatasan lingkungan merupakan kendala pengembangan kreatifitas didalam rumah/keluarga.
Sehubungan dengan kendala lingkungan sekolah, kecuali keempat faktor tersebut dimuka, banyak bergantung pada sikap guru, cara pembelajaran, pengalaman kegagaln siswa, tuntutan akan konformitas secara berlebih dikelas dan teman sebaya, serta sistem sekolah yang kurang memahami kebutuhan siswa berbakat kreatif sehingga mereka merasa bosan disekolah.
Cropley Menyimpulkan karakteristik guru yang cenderung menghambat kreatif siswa, disamping yang telah dikemukakan sebelumnya, ialah penekanan bahwa guru selalu benar, dan perbedaan yang kaku antara bekerja dan bermain, manakala bekerja adalah bermanfaat, sedangkan bermain adalah untuk rekreasi.
Hendaknya guru dalam pembelajaran dapat mencapai keseimbangan antara materi kurikulum baku dan yang merupakan pembaharuan, antara evaluasi eksternal dan evaluasi itu sendiri.
Untuk mengatasi kendala konseptual tersebut dapat dilakukan secara sadar dengan sikap mempertanyakan dan menyelidiki, pemikiran lancar, dan dengan menggunakan teknik kreatif. Cara lain adalah dengan cara memanfaatkan masukan dari pemikiran pra-sadar atau tak sadar, antar lain dengan menunda memberikan penilaian terhadap suatu gagasan dan dengan berinkubasi.
BAB XI
ANAK BERBAKAT BERPRESTASI KURANG
- Underachievement ialah adanya diskrepansi antar potensi unggul siswa dan prestasi sekolah yang rendah atau rata-rata.
- Underachievement dapat ditemukenali melalui tes intelegensi, kreatifitas, dan prestasi,atau melalui observasi oleh guru dan orang tua.
- Tiga tingkat karakteristik dasar pada ank berbakat berprestasi kurang ialah
1. tingkat primer, rasa harga diri yang rendah,
2. tingkat sekunder, prilaku menghindari prilaku kademik yang mengacam
3. tingkat tersier, kebiasaan belajar dan disiplin yang buru (Rimm)
- Kondisi pribadi yang menyebabkan kerentanan anak berbakat adalah kecendrungan akan profesionalisme, kepekaan yang sangat, dan kurangnya ketrampilan sosial (Whitmore)
- Kondisi lingkungan yang menyebabkan kerentanan anak berbakat adalah harapan yang terlalu tinggi, isolasi sosial, dan kurangnya pelayanan pendidikan yang sesuai (Whitmore).
- Identivikasi yang tidak tepat dengan orang tua dapat memupuk under- achievement, demikian pula identivikasi balik orang tua dengan anak berbakat.
- Iklim kelas yang dapat menimbulkan Underachievement ialah kelas yang tidak fleksibel dan yang terlalu kompetutuf.
- Harapan guru yang negatif tentang prestasi siswa yang mempunyai dampak negatifterhadap prestsi siswa (self-fulfilling prophesies).
- Kurikulum yang tidak menantang dapat menghambat pengembangan potensi anak berbakat sehingga berprestasi kurang.
- Sebagai kopensasi anak dapat menemukan tantangan diluar sekolah.
- Strategi lima langakah untuk mengatasi Underachievement ialah :
1. Menilai kemampuan siswa dan menentukan sejauh mana ada penguatan yang memupuk prestasi di rumah dan sekolah dibawah
potensi.
2. Mengubah penguatan dirumah dan sekolah untuk menunjang prestasi akademik siswa.
3. Mengubah harapan orang lain yang penting bagi anak.
4. Menemukan model identivikasi seseorang dari jenis kelamin yang sama,bersifat terbuka dan hangat, dan berprestasi serta,
5. Mengoreksi ketrampilan akademik.
- Masalah yang dihadapi perempuan dalam pengembangan bakat dan kemampuan ialah adanya :
1. seterotip peranan jenis kelmin
2. perlakuan yang berbeda terhadap perempuan (bias)
3. diskriminasi, kurang memberi kesempatan kepada perempuan.
- Perbedaan karakteristik antara kedua jenis kelamin dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial-budaya, perbedaan kemempuan, khususnya dalam matematika.
- Secara biologis, riset menemukan perbedaan dalam tingkat aktivitas fisik dan agresi Beberapa penelitian menemukan spesialisi fungsi belahan otak, yang kiri untuk kemampuan verbal, logis, dan sekuensial,dan yang kanan untuk kemampuan spesial dan non-verbal lainya.Kemampuan spesial yang lebih unggul dari priadikaitkan dengan dominasi belahan otak kanan pada pria.
- Perbedaan perlakuan terhadap kedua jenis kelamin secara sosial- budaya sudah tampak sejak anak lahir. Buku test, perpustakaan,dan media,terutama televisi menguatkan stereotip peran jenis kelamin.
- Penelitian di Indonesia ditingkat sekolh dasar dan menegah tidak menemukan perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam intelegensi, kreatifitas, dan prestasi sekolah (Munandar, 1977)
- Daftar perbedaan seks dan ciri-ciri dan kemampuan menunjukan bahwa pada umumnya perempuan cendrung lebih sehat fisik,psikologis, dan sosial.
- Kemampuan matematika yang lebih unggul pada pria mempunyai dasar biologis, menurut beberapa pakar. Namun pakar lainya menekankan bahwa perbedaan kemampuan matematika dapat disebabkan oleh sterotip cultural pelatihan yang tak sama, dan harapan guru.
- Prestasi pendidikan dan karir yang tinggi berkaitan dengan harapan keluarga Bagi anak perempuan, identifikasi dengan ibu yang berhasil baik dalam karir maupun dalam keluarga., sangat penting. Harapan ayah terhadap anak perempuan juga mempengaruhi prestasi.
- Sikap dan harapan teman sebaya dapat menekan prestasi perempuan.
- Sekolah menghargai kemandirian, kepercayaan diri, dan keagresifan lelaki tetap konformitas pada perempuan. Prestasi kurang dari perempun sering dijelaskan sebagai kemampuan yang kurang, sedangkan prestasi kurang dari laki-laki sebagai kurangnya usaha.
- Perempuan cenderung punya rasa kopetensi, harga diri, dan motifasi berprestasi yang lebih rendah. Sindrom “takut sukses” (horner) membuat perempuan melihat prestasi tinggi sebagai tidak feminim,
mereka takut“gagal sebagi perempuan”.
- Strategi lima langkah dari Rimm dapat digunakan untuk mengatasik underachievement perempuan berbakat.
- Anak berbakat yang cacat lebih dilnyani kecacatannya dari pada kecacatannya. Praktis tidak ada pengembangan bakat dan talenta bagi mereka.
- Identivikasi anak yang cacat itu sulit, karena cacat mereka dapat mengaburkan ungkapan bakat mereka. Guru perlu mengikuti pelatihan tentang karakteristik dan metode identivikasi anak berbakat. Tes intelegensi, kreativitas,skala renzulli-Hartman antara lain dapat dijadikan alat identivikasi.
- Program bakat dan talenta(B/T)meliputi komponen yang sama,yaitu percepatan,pengayaan, pengelompokan, dan konseling.
- Kelemahan komunikasi perlu diimbangi dengan penggunaan alat bantu teknologis dan pelatihan khusus, dengan memprtimbangkan kebutuhan dan keinginan individu.
- Mengembangkan konsep diri yang positif merupakan tujuan yang utama dalam program bagi anak berbakat yang cacat, yaitu bahwa mereka belajar menghargai prestasi diri yang unggul, dan suiswa lain menghargai prestasi yang diraihnya.
- Di samping pembelajara perorangan bagi siswa yang berbakat yang cacat,belajar mandiri dan kelompok kecil juga penting.
- Keterbatasan dalam masukan sensoris dapat menghambat perkembangan ketrampilan berfikir tinggi dan abstrak, oleh karena ketrampilan tersebut perlu dipupuk sejak dini dalam program anak berbakat.
BAB XII
BIMBINGAN KONSELING ANAK BERBAKAT KREATIF
- Anak berbakat kreatif perlu program bimbingan yang berdiferensiasi yang berkenaan karakteristik, kebutuhan, dan masalah-masalah mereka.
- Diperlukan dukungan dari lingkungan yang meliputi fleksibelitas dalam memberikan kesempatan, model yang positif, bimbingan dan dukungan untuk membengun kepercayaan dari dalam,melakukan kegiatan kreatif,empati, dan menghargai rasa humor anak berbakat kreatif.
- Kebutuhan anak berbakat akan konseling meliputi bidang perkembangan psiko-sosial,perencanaan akademis dan karir.
- Fungsi umum program bimbingan dan konseling meliputi tiga proses dasar konseling, konsultasi dan koordinasi.
- Lingkungan pendidikan yang restriktif, suportif, dan permisif,mempunyai dampak yang berbeda terhadap dampak perkembangan anak.
- Layanan anak berbakat lebih bersifat developmental dan proaktif,daripada remedial dan reaktif.
- Pendekatan konseling dan intervensi yang digunakan dikaitkan dengan karakteristik dan kebutuhan anak berbakat.
- Straregi untuk kebutuhan konseling akademis meliputi pemberian informasi tentang hasil tes dan asismen,menerapkan bidang subyek akademis dalam kehidupan nyata, mengarahkan hubungan mentor yang bermakna untuk kebutuhan kognitif/akademis dan efektif anak berbakat, dan memberikan informasi tentang pilihan program dan mata ajaran.
- Strategi untuk kebutuhan konseling karier meliputi beberapa topik kunci untuk didiskusikan, dan kegiatan yang membntu siswa merencanakan karir.Karakteristik anak berbakat dan kondisi lingkungan rumah, sekolah dan lingkungan rumah, sekolah dan masyarkat yang menghambat ungkapan kretif mengakibatkan berbagai ketegangan pada anak berbakat yang pada gilirannya dapat menyebabkan kesulitan dalam belajar dan prilaku bermasalah.
- Untuk dapat membantu siswa mengatasi ketegangan ini,konselor perlu mememahamiarti keberbaktan, karakteristik, dan kebutuhan anak berbakat, menemukenali kondisi yang menghambat perkembangan dan
ungkapan kreativitas, serta membantu siswa berbakat memperoleh ketrampilan interpersonal dan intelektual untuk mengahadapi ketegangan sejak awal.
- Gagasan Arieti (1976) dan Simonton (1978) mengenai kondisi sosial budaya yang mempunyai dampak perwujudan bakat dan kreatifitas individu, dapat digunakan untuk menyusun strategi bimbingan anak
berbakat dengan perspektif budaya.

Mantaf kang ane Copas ya thanks ...
BalasHapustenks sangat membantu,,,,
Hapusblog sanihimabikon.blogspot.com
ijin copas njeh mas Wawan. terimakasih
BalasHapus